Beranda 

Rekor MURI untuk Dr. phil Idhamsyah Eka Putra: Ilmuwan Indonesia Pertama yang Mempublikasikan 31 Artikel di Jurnal-jurnal Ilmiah Terindeks Scopus dari 2013-2022

Dunia akademisi baru-baru ini dikejutkan sekaligus dibuat bangga dengan kiprah seorang peneliti sekaligus dosen berusia 42 tahun. Adalah Dr. phil Idhamsyah Eka Putra, M.Si atau Bang Idham sapaan akrabnya, peraih penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai “Insan Indonesia yang Mempublikasikan Tulisan di Jurnal Ilmiah Terindeks Scopus secara Berturut-turut Terlama” yaitu dari 2013 – 2022.

Sumber: Tim Humas UPI Y.A.I.

Dalam rentang 10 tahun tersebut, Bang Idham tercatat aktif sebagai penulis pertama atau penulis utama dalam jurnal-jurnalnya yang sebagian besar publikasinya ada pada kategori Q1 dan Q1. Adapun total artikel yang diterbitkan adalah 31 artikel. Dengan kata lain, jika dirata-ratakan, Bang Idham menerbitkan kurang lebih 3 artikel jurnal setiap tahunnya. Tentunya prestasi dan pencapaian yang diraih oleh Direktur Division for Applied Social Psychology Research (DASPR) itu sangat luar biasa dan patut untuk diapresiasi.

Lantas, bagaimana awal mula Bang Idham memulai karir sebagai peneliti? Apa saja tantangan yang dihadapi? Apa saja pencapaian yang telah diraih Bang Idham? Bagaimana tanggapan kolega Bang Idham? Dan apa pesan Bang Idham untuk generasi muda? 

Awal Mula Berkarir Menjadi Akademisi

Sebagai salah satu bentuk apresiasi terhadap pencapaian Bang Idham, acara SIRAM atau Sharing Ilmiah Bareng Bang Idham diselenggarakan oleh Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia (UPI) Y.A.I pada Selasa, 2 Agustus 2022. Dipandu oleh Dr. Selviana, M.Si., M.Psi., Bang Idham mendeskripsikan bahwa tahun 2006 adalah masa transisi sekaligus masa krisis untuk memilih jalan hidupnya; apakah ingin menjadi pengusaha, pegawai kantoran, atau memilih jalan lain. Ternyata pilihan jatuh kepada dunia riset, yang 16 tahun kemudian mengantarkannya meraih MURI.

Sumber: Dokumentasi DASPR

Dengan tampilan rambut keriting yang panjang, Bang Idham memberanikan diri menghadap Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono yang disebutnya sebagai “Dewa” dan mengungkapkan ketertarikannya pada riset. Secara mengejutkan Prof. Sarlito memberikan respon yang tak diduga sebelumnya. Beliau memberi kepercayaan Bang Idham sebagai koordinator pada riset terkait penggusuran di Kali Angke. Dari situlah Bang Idham berlanjut melakukan riset-riset lainnya, terutama pada isu terorisme, baik yang dilakukan secara mandiri dan kolaboratif.

Pada 2012 Bang Idham mendapat kesempatan untuk melanjutkan studi S3 di Johannes Kepler University (JKU) di Austria. Beliau kembali ke Indonesia pada 2015 dan menjadi dosen di Universitas Persada Indonesia (UPI).

Tantangan yang Dihadapi sebagai Akademisi

Ketika ditanya bagaimana kehidupan afkademisi, Bang Idham menegaskan bahwa beliau sangat menikmati dan menyukai dunia riset, terutama riset-riset yang menggunakan basis ilmiah. Namun bukan berarti hal tersebut tidak lepas dari masalah. Bang Idham mengatakan bahwa problemanya banyak sekali, seperti rasa jenuh. 

Bang Idham melakukan hal yang baru untuk mengatasi maslaah kejenuhan. Ketika Bang Idham dihadapkan dengan rasa jenuh, beliau mencoba menulis novel. Bang Idham menulis novel bersama dengan kawan-kawannya dan terbit pada 2011 dengan judul “Api di Nusantara”. Menurutnya, menulis novel adalah kegiatan berkarya yang susahnya luar biasa. 

Selain mudah terpapar rasa jenuh, berkarir sebagai akademisi dan melakukan riset yang memiliki dasar ilmiah kuat sangat bertolak belakang dengan jalur-jalur karir yang ada di zaman sekarang. Hal ini berkaitan dengan usia dan garis mulai menjadi seorang akademisi yang terbilang lama. 

“Coba bayangkan saja, saat ini tuntutan menjadi akademisi setidaknya minimal lulusan S2, bahkan yang banyak dicari adalah lulusan S3. Lulus S2 dan S3 mereka baru meniti karir sebagai akademisi atau dosen. Jadi, menjadi akademisi dimulai diusia akhir 20-an atau awal 30-an. Dari sini, prosesnya masih sangat panjang untuk dianggap sebagai akademisi yang matang atau pakar di bidangnya”, ungkap Bang Idham. 

Bang Idham menambahkan bahwa untuk menjadi akademisi yang kredibilitasnya diakui memang harus menempuh jalan yang panjang. Jalan yang melelahkan dan perjuangannya seperti tanpa usia. Bagi beliau, profesi akademisi tidak ubahnya seperti sedang dalam petualangan, misalnya mendaki gunung. Walaupun mendaki gunung itu melelahkan, tapi prosesnya harus dinikmati. Ketika pendaki sudah sampai pada titik puncak, rasa lelah seperti hilang. 

“… dan saya bisa membuktikannya bahwa, walaupun sulit, hal tersebut tetap dapat dilakukan. Bahkan bisa konsisten dilakukan”, sambung Bang Idham. 

Pencapaian yang Telah Diraih

Tidak hanya diakui di Indonesia, kepakaran Bang Idham juga diakui secara internasional. Berikut beberapa pencapaian yang telah diraih Bang Idham dalam dunia akademisi:

  1. Meraih Sarlito Wirawan Sarwono (SWS) Award pada 2017.
  2. Dipercaya menjadi Associate Editor di Journal of Social and Political Psychology (JSPP), yang merupakan jurnal terindeks Scopus Q1 pada 2017. Bang Idham menjadi satu-satunya perwakilan dari Asia Tenggara.
  3. Diangkat menjadi Research Fellow di CRIC (Centre for the Resolution of Intractable Conflict) Oxford University pada tahun 2019.
  4. Dipercaya menjadi Consulting Editor di European Journal of Social Psychology, jurnal terindeks Scopus Q1 yang sangat bergengsi pada 2021. Bang Idham menjadi satu-satunya representatif dari Asia.

Apa Kata Kolega Bang Idham?

Dunia riset telah membawa nama dan karya Bang Idham dikenal oleh banyak insan akademisi dari berbagai negara. Kegigihan, keahlian, dan keakraban Bang Idham mampu membuat kolega-koleganya merasa terhormat telah berkolaborasi dengan Bang Idham.

Dr. Wolfgang Wagner, seorang Psikolog Sosial yang dahulu pernah menjadi supervisor Bang Idham, mengungkap bahwa Bang Idham adalah salah satu murid tercepat yang lulus dalam waktu 3 tahun. Kala itu Bang Idham sedang menempuh Ph.D di Johannes Kepler University (JKU) di Austria. Wagner percaya bahwa Bang Idham tidak akan gagal memberikan kontribusi yang signifikan di masa depan, yang tentunya, sudah mampu dibuktikan oleh Bang Idham.

Harvey Whitehouse, Ph.D., kolega Bang Idham di Centre for the Study of Social Cohesion, memberikan testimoni betapa Whitehouse merasa terhormat karena pernah berkolaborasi dengan Bang Idham pada beberapa penelitian di Indonesia. Whitehouse merasa bahwa ia belajar dari kebijaksanaan dan pengalaman Bang Idham dalam merancang studi empiris, serta keahlian yang luar biasa dalam memimpin tim.

Psikolog sosial di University of Connecticut, Felicia Pratto, Ph.D., mendeskripsikan karya Bang Idham sebagai karya-karya yang sangat berkualitas tinggi dan inovatif. Pratto menambahkan bahwa apa yang dibuat oleh Bang Idham benar-benar didasarkan pada teori dan mampu menunjukkan keberagaman pengetahuan dalam situasi politik sosial di dunia.

Dr. J. Christopher Chor, editor di Chief Journal of Social and Political Psychology (JSPP) The Phillips University of Marburg, mengungkap pengalamannya dengan Bang Idham yang dianggap sebagai sosok yang sangat andal dalam menangani manuskrip. Chor menambahkan bahwa Bang Idham memiliki pengalaman dalam berbagai metode penelitian, termasuk kuantitatif dan eksperimental, sekaligus kualitatif.

Psikolog Politik dan Kedamaian Ateneo de Manila University, Dr. Cristina Montiel, mengatakan bahwa ia merasa terhormat pernah menjadi bagian dari publikasi Bang Idham. Montiel mengenang kembali kolaborasinya bersama Bang Idham dalam isu-isu Psikologi Politik di Asia Tenggara, khususnya pada publikasi tentang penolakan defensif mantan Presiden Myanmar, Aung San Suu Kyi atas genosida terhadap etnis Rohingya. Montiel mengungkap bahwa ia menyukai cara Bang Idham menjadi komunikasi antar kontributor. 

Selain apresiasi yang ditunjukkan oleh para kolega dari luar negeri, tentunya apresiasi datang dari kolega-kolega di Indonesia. Dr. Zainal Abidin, dosen senior di Universitas Padjajaran telah mengenal lama Bang Idham dan mengatakan bahwa Bang Idham adalah peneliti yang memiliki prinsip, tujuan, kemauan keras, tekun, konsisten, persisten, dan produktif dalam berkarya. Itulah sebabnya Dr. Zainal tidak terkejut atas semua kabar baik tentang Bang Idham.

Apresiasi juga datang dari Universitas Indonesia, Dr. Bagus Takwin. Beliaulah orang yang menyaksikan perjuangan awal Bang Idham melakukan penelitian dan menulis karya ilmiah. Dr. Bagus menggambarkan Bang Idham sebagai sosok yang fokus, tekun, dan dedikatif dalam meniliti dan menulis karya ilmiah.

Ali Mashuri, Ph.D., ketua Program Studi S1 Psikologi Universitas Brawijaya memberikan pernyataan bahwa siapapun yang pernah berkolaborasi melakukan penelitian dan publikasi dengan Bang Idham layak mendapatkan prestise dan perasaan bangga.

Terakhir, testimoni datang dari Dr. Eko Aditiya Meinarno, M.Si., dosen Universitas Indonesia yang merupakan salah satu narasumber acara SIRAM. Sudah berteman sejak lama, Mas Eko yang juga pernah menjadi mahasiswa bimbingan Bang Idham, mengatakan bahwa ada beberapa standar yang harus dipenuhi sebagai mahasiswa bimbingan Bang Idham. Mas Eko menyadari bahwa supervisornya adalah sosok “penghasil” artikel yang hebat, yang beliau deskripsikan sebagai sosok yang memiliki standar dan ketat. 

Pesan Bang Idham untuk Generasi Muda 

Ketika berbicara potensi, Bang Idham percaya bahwa anak-anak zaman sekarang sangat memiliki potensi. Namun, tak banyak dari mereka yang mampu berjuang dan tidak rapuh. Untuk itu, Bang Idham mengatakan pentingnya adanya ekosistem untuk membentuk anak-anak memiliki cita-cita sebagai akademisi. 

“Mimpinya ya harus berangkat bahwa jika ingin menjadikan Indonesia lebih maju, jika ingin Indonesia menjadi negeri yang aman, maka riset-riset untuk memahami dan memecahkan masalah di Indonesia yang banyak ini ya harus terus dilakukan”, tutur Bang Idham.

Bang Idham berhadap bahwa pemerintah pun dapat ikut peduli terhadap dunia keilmuan di Indonesia dengan membangun sistem yang sesuai dan mendukung iklim aktivitas keilmuan di Indonesia. 

Bacaan lainnya terkait capaian Bang Idham:

  1. Cerita Akademisi Indonesia Jadi Anggota Kehormatan Lembaga Riset Oxford
  2. Akademisi Indonesia Ungkap Rahasia Jadi Peneliti Oxford 
  3. Beda Peneliti dengan Karir Lainnya

Karya-karya ilmiah Bang Idham dapat dilacak melalui dua platform portofolio akademik ini:

  1. Google Scholar
  2. Scopus

Terlampir juga sejumlah liputan media yang berhasil kami rangkum:

  1. Viva : https://www.viva.co.id/siaran-pers/1506206-raih-muri-prestasi-membanggakan-universitas-persada-indonesia-y-a-i
  2. iNews.id: https://www.inews.id/multimedia/photo/publikasikan-jurnal-terindeks-scopus-selama-10-tahun-dosen-tetap-fakultas-psikologi-universitas-persada-indonesia-yai-sabet-rekor-muri
  3. Sindonews: https://edukasi.sindonews.com/read/849507/211/raih-rekor-muri-bang-idham-berbagi-kiat-menulis-di-jurnal-internasional-scopus-1659928111
  4. Liputan6: https://m.liputan6.com/news/read/5035665/publikasikan-jurnal-terindeks-scopus-selama-10-tahun-dosen-ini-sabet-rekor-muri
  5. Tempo: https://inforial.tempo.co/info/1006906/dosen-tetap-yai-raih-penghargaan-muri

Kategori

Berita

Tanggal

8 Agustus 2022

Author

DASPR

Bagikan